Fey dan Nay adalah dua
gadis berusia 16 tahun yang kini duduk
di bangku SMU kelas X, mereka berdua tinggal di rumah yang sama, memiliki nenek
yang sama, ayah yang sama namun ibu yang berbeda.
Ayah mereka –Ridzwan-
menikah dengan ibu Nay –Halifah- perempuan yang ta’at dalam agamanya pekerjaan
ayah dan ibunya supir dan pembantu di sebuah rumah, hampir tiga tahun menikah
namun pernikahannya tidak dikaruniai anak juga hal ini membuat ibu Rizwan –Mariana-
semakin tidak menyukai Halifah sebagai menantunya. Paksaan dari ibunya Ridzwan
menikah lagi dengan Anita ibu Fay yang latar belakang keluarganya orang kaya
dia lulusan desainer diluar negeri tak seperti Halifah yang menamatkan sampai
SMU dan selebihnya mesantren serta mengajar TK.
Anita sangatlah baik
dan menghormati Halifah sebagai isteri pertama Ridzwan, di bulan kedua
pernikahan Ridzwan dan Anita perut Anita sudah berisi selama sebulan, lima
bulan kemudian Halifah menyusul dengan terdeteksinya bahwa ia hamil dua bulan.
Sangat disayangkan
ketika Anita melahirkan ia dipanggil Allah SWT, ia melahirkan bayi perempuan
yang di beri nama Fera Ridanita, setelah beberapa bulan berlalu Halifah pun
melahirkan bayi perempuan juga yang di beri nama Nara Putri Shalihah.
Bayi Fey di susui dan
dirawat oleh Halifah.
Diusia mereka yang ke
tiga belas mereka tumbuh menjadi gadis cantik dan manis, Fey yang aktiv serta
gesit dan Nay yang pintar serta rajin, kedua gadis itu saling menyayangi dan
sangat kompak, namun di tahun itu mereka harus kehilangan sosok ibu yang sangat
mereka cintai dan sayangi oleh penyakit DBD.
♥♥♥
Dan kini mereka semakin
kompak melengkapi, menyayangi serta melindungi, walaupun mereka lahir dari
rahim berbeda.
Pagi ini seperti
pagi-pagi biasa mereka harus pergi sekolah, belayan di kepala dari ayah dan
kecupan hangat dari nenek yang tak pernah Nay rasakan, kecupan itu hanya untuk
Fey, Nay hanya mengecup tangan nenek.
“Nay, sekarang lo yah
yang bawa mobil, gue cape nih habis latihan dance kemarin.”
“ia Fey, Fey kamu gak
pakai celana kamu? Aku gak suka lihat kamu dengan rok sependek itu, aku gak
suka kamu dilihatin dengan tatapan mesum oleh anak-anak sekolah.”
“ia ustadzah, ada kok
di mobil ntar dah gue pakai.” Ucapnya sambil masuk ke mobil.
♥♥♥
Sekolah yang luas, terdiri dari parkiran
yang luas, lapang basket, voli, dan tenis yang saling berdampingan dan
dilindungi oleh kelambu jaring-jaring besi agar bola tidak keluar dari area dan
ketiga lapangan itupula yang sering di gunakan untuk upacara bendera.
Ketika mereka berdua memasuki kawasan
sekolah yang sudah cukup ramai dan ada beberapa anak basket yang sedang
berlatih sepagi ini dikarenakan akan ada pertandingan minggu ini, dan Fey
menjadi team chilidersnya.
“Ra gue duluan buru-buru latihan.”
“ia silahkan hati-hati ya.” Fey berlari
menuju ruang latihan.
“Asalamu’alaikum Nay?” sapa kak Abdillah
ketua IRMA SMU.
“Wa’alaikum salam.”
“Nay, tolong kamu ketik ini ya, ini
untuk acara malam ta’aruf.” Tugas sang ketua pada kesekretariasan.
“oh ia kak, Insaya Allah nanti saya
ketik dan printkan, dan besok di bawa kasihkan kepada kakak lagi.”
“terim...” kata-kata Abdullah terpotong
oleh sebuah bola basket yang mendarat di pagar besi dekat mereka.
“maaf semua.” Ucap Sandy teman sekelas Nay.
Nay dan Abdillah menjawabnya dengan
senyum dan anggukan saja, Sandy pun kembali membalas senyumnya.
“kalau begitu saya ke kelas dulu kak.”
“oh ia silahkan,”
“asalamu’alaikum.”
“wa’alaikum salam.”
Sementara itu Fey di sangar latihannya.
“hei Fey, ngapain lo pake celana gitu,
norak tahu.”
“aduh udah deh diem lo semua, ini kan
privasi gue,” Fey menuju toilet.
Ketika sedang di WC tiba-tiba terdengar suara
yang tak asing baginya suara Ria dan Zahra, kakak kelas dari Fey.
“ekh Zahra kamu tahu Nay gak?”
“Nay? Oh yang saudaranya si Fey ya?” Fey
terdiam mendengar dirinya dan saudaranya di sebut.
“hmm, Abdillah katanya suka sama dia?”
“hah Abdillah? Anak yang sombong itu,
yang nolak beberapa cewek.....?”
“dan salah satunya elo kan?”
“aduh udah deh gue nya jangan di bahas
dong, dia itu cowok yang gak berterimakasih sama tuhannya, gue cakep, seksi
gini masa di tolak.”
“ekh Zahra kalau menurut gue gak salah
lagi kalau abdillah suka sama si Nay, dia itukan muslimah, pinter, cantik wah
pokonya cewek idaman pria banget.”
“tapi kok beda banget ya sama Fey?”
“entah lah aku juga gak ngerti mereka
bagai bumi dan langit.” Mereka tertawa bersama.
Mendengar perbincangan
mereka membuat Fey geram. selalu saja begini sejak dulu mereka selalu
membedakan aku dengan Nay, hanya ibu yang tak peernah membedakanku walaupun aku
bukan anak ibu tapi ibu menyayangiku seperti menyayangi Nay, walaupun nilai
ulanganku ataupun rapot ku kecil ibu tak pernah membedakan perhatian dan kasih
sayangnya, kenapa ibu pergi aku merindukannya. Batin Fey.
Fey keluar dari toilet dengan rasa
sedih, marah dan semuanya yang ditahan.
Tak sengaja ia berpapasan dengan Dika
kakak kelas XI.
“kenapa dengan wajahmu Fey?”
“gue gak apa-apa...”
“nanti sesudah latihan
kita dugem biar kesedihan kamu berkurang, gimana?”
“ok.”
♥♥♥
“Fey kamu mau pulang
kapan?” tanya Nay di telepon.
“oh ya udah hati-hati
ya, jangan terlalu malam, jangan bikin khawatir orang-orang di rumah,
kabar-kabari aja pulangnya jam berapa?”
Setelah menutup
telepon, Nay kemudian membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja, keadaan
kelas sepi hanya tinggal dirinya dan beberapa anak yang memang sudah hampir
keluar dari kelas.
Tiba-tiba Sandy
memansuki kelas dengan kaos tim basketnya.
“Hay Nay, aku boleh
pinjem buku catatan kamu gak?”
“pelajaran apa?”
“aku mau pinjem catatan
matematika kamu,” Nay memberikan buku matematikanya.
“maaf ya ngerepotin,”
“ia gak apa-apa.”
“mau langsung pulang?” Nay
menganggukan kepalanya.”aku anter ya?”
“gak usah, aku bawa
mobil, lagian aku takut kalau naik motor kamu.” Ucap Nay dengan nada bercanda.
“tenang aja kali kalau
naik motor aku, aman, tinggal pegangan aja sama aku.”
“udah ah, aku pulang
dulu, mending kamu latihan basket. Asalamu’alaikum.” Sambil berlalu
meninggalkan tempat.
“wa’alaikum salam.”
Sandy melihat Nay hingga menghilang di daun pintu.
♥♥♥
Fey sedang asyik menari
di lantai disco dengan diiringi lagu dj Mario, rasanya Fey sedang melepas semua
penat dan cerita-cerita Halifah, ia meras semuanya hialng.
Rasa lelah kini sudah
menghinggap ditubuh Fey, ia memutuskan duduk di bangku yang telah ditempati
sejak tadi oleh Fey dan teman-temannya. Dika duduk disana tertawa melihat
kedatangan Fey.
“sudah lelah kamu Fey?”
Fey tidak menjawab
pertanyaan Dika, ia sibuk dengan rokok dan korek apinya.
“ekh Fey, biar lebih
seru kamu mesti minum ini dulu,” menyodorkan sebotol bir.
“najis gue minum yang
kayak gitu.”
“ekh Fey elo so suci
banget sih, kalau lu najis minum yang kayak gini ngapain lu datang kemari,
dateng aja tuh kesanggar senam ibu-ibu.”
“berisik kamu, bikin
gue kesel aja!!” bentak Fey sambil menarik tasnya.
Fey memang sering dugem
tapi belum pernah sedikit pun ia menyentuh makanan dan minuman haram disana,
ataupun pergaulan bebas disana, ia masih teringat pesan dari Halifah.
Fey masuk ke rumah
mengendap-endap dan membuka pintu dengan kunci duplikat yang ia ambil diam-diam
dari tempat penyimpanan kunci dirumahnya, ia masuk ke kamarnya mengambil photo
Halifah dan berbaring diatas kasur.
“ibu andai ibu masih
ada aku tak akan menjadi begini bu, aku sangat kehilanganmu bu, aku rindu
mendengar lantunan ayat sucimu, aku rindu mendengar cerita yang selalu engkau
ceritakan padaku dan Nay, aku Rindu padamu bu, aku rindu, engakau wanita yang
ku kenal sebagai ibuku, walau aku tahu bukan engkau yang melahirkanku tapi
mamah Anita tapi sungguh bu aku mencintaimu.” Tangisan Fey cukup keras hingga
membuat Nay yang dari tadi menunggu Fey di kamar mengetahui.
“Fey? Kamu sudah
pulang?” sambil membuka pintu.
Fey masih menangis
sambil memeluk photo Halifah.
“Fey?” Nay mendekatinya
dan memeluk tubuh Fey.
Mereka berdu menagis
dalam malam sunyi itu, saling bercerta tentang kerinduannya pada Halifah,
saling bercerita tentang masa-masa bahagia mereka bersama Halifah, masa yang
tak akn pernah mereka lupakan dalam benak masing-masing.
♥♥♥
Dua hari setelah hari
itu, Nay menunggu Fey di aula SMK, hari ini telah dilaksanakan pertandingan
basket dan dance antar sekolah, Nay datang sebagai penonton dan Sekolahnya
mendapat juara 1 untuk basket putra, juara 2 untuk basket putri dan untuk dance
mendapat juara pertama.
“Nay!?” Nay menengok
pada arah suara itu.
“Sandy?”
“ini buku matematika
kamu, maaf kelamaan pinjamnya baru ada waktu tadi malam nyalinnya.”
“ia gak apa-apa,”
“lagi nungguin Fey?”
“ia.”
“ya udah aku duluan ya,
Asalamu’alaikum.”
“wa’alaikum salam.”
Tak lama kemudian Fey
datang dan mereka langsung pulang.
Seperti malam-malam
biasanya, Fey sudah tertidur karena lelah dengan kegiatan dancenya dan Nay
sibuk berkutat dengan pelajaran-pelajaran disekolah.
“oh ia lupa ada pr
matematika, aku kerjaain dulu deh.” Nay kemudian mengambil buku matematika yang
tadi dipinjam Sandy. Ketika membuka-buka buku tiba-tiba ia melihat sebuah
amplop berwarna kuning yang sangat lucu.
“amplop apaan nih?”
kemudian ia melihat nama yang tertera diamplop itu. “Nay.”
Asalamu’alaikum
Untuk Nay teman
sekelasku yang luar, entah kenapa ketika pertama melihat sosok mu melangkah
masuk ke kelas saat pertama kita menjadi siswa SMU aku melihat ada ketenangan
dimata itu, lama kelamaan aku tahu sikapmu, keperibadianmu, ketakwaanmu pada
Allah, kepandaianmu semua hal tentangmu membuatku makin penasaran terhadapmu,
dan kini rasa penasaran ini berubah menjadi rasa suka kepadamu.
Jujur aku sangat ingin
menjadi pacarmu apakah kamu bersedia?
Dari
temanmu Sandy
Nay sungguh kaget membaca surat dari Sandy ini, ia
tidak menyangka bahwa Sandy menyukainya, tak pernah terbesit sedikitpun
difikiran Nay untuk yang namanya pacaran, Nay hanya fokus pada belajar saja
sekarang ini, dan baginya pacaran adalah sesuatu yang tidak ada dalam islam.
Walaupun sebenarnya Nay memiliki rasa yang sama terhadap Sandy.
Kemudian Nay segera membalas surat dai Sandy agar
tidak terjadi slah paham nantinya.
Wa’alaikum
salam untuk temanku Sandy.
Aku sangat menghagai
surat darimu dan aku juga mengagumi sosok mu yang sangat hebat dan gesit dalam
olahraga, tapi maafkan aku Sandy bukan maksudku bersikap angkuh atau bagaimana,
tapi aku sungguh tidak berfikir untuk pacaran dan aku menganggap prosesi
pacaran itu dilakukan nanti sudah menikah agar pacaran itu menjadi halal dan
tidak menjerumuskan kepada api neraka.
Aku meminta maaf padamu
karena tidak bisa memenuhi keinginanmu, aku mohon setelah kamu membaca surat
dari ku ini semoga pertemanan kita tidak menjadi buruk.
♥♥♥
Keesokan harinya Nay tidak melihat Sandy dikelas ia
sedang menjalani pembinaan dari ket basket Indonesia di ruang olah raga, niat
memberikan surat Nay undur menjadi nanti sepulang ekstra kulikuler IRMA.
Ketika keluar dari masjid putri kebetulan sekali Nay
melihat Sandy sedang berjalan menuju koridor belakang. Keadaan sekolah sangat
sepi hanya tinggal anak-anak IRMA saja yang baru bubar.
“Sandy...Sandy..” masih belum menengok. Ia harus
berjalan lebih cepat agar bisa lebih dekat memanggil Sandy. “Sandy” akhirnya
Sandy mendengar panggilan Nay.
“Nay?” wajah Sandy sumeringah.
“kamu mau meminjam buku matematikaku lagi?” ucap Nay
memberi isyarat.
“tentu saja.” Sandy langsung mengerti.
“ini.”
“terimakasih ya.” Memasukan bukunya kedalam tas.
“aku antar pulang ya? Tapi tunggu dulu aku mau ambil
botol minumanku di ruang olah raga.”
“tidak usah aku sama Fey dia lagi disanggar.”
“biar saja Fey bawa mobil kamu aku antar.”
“bukankah itu pemborosan?”
“ahhh” tiba-tiba terdengar jeritan perempuan dari
ruang Seni yang tak jauh dari ruang olah raga.
“FEY? Itu suara Fey.” Nay berlari kesumber suara
diikuti oleh Sandy.
“FEY?!” Nay melihat Diki sedang berusaha memperkosa
Fey.
Tanpa komando Sandy datang kearah Diki dan
mendaratkan tinjuan dipipinya, terlihat Diki setengah mabuk hingga ia tak bisa
membalas bahkan menahan serangan-serangan Sandy.
Nay memeluk tubuh saudaranya yang setengah mabuk.
“Fey kamu gak apa-apa?” tanya Sandy.
“Sandy?...” kalimat Fey tak selesai ia tak sadarkan
diri.
“Fey? Fey?” Nay mengguncangkan tubuh Fey,
Sandy menggendong Nay ke mobil dan mereka melaporkan
tindakan yang dilakukan oleh Diki.
♥♥♥
Kelopak mata Fey mulai terbuka kepalanya agak
sedikit pusing.
“sudah bangun cucuku?” tanya nenek. Semua orang
sudah berkumpul diruangan itu, mereka menunggui Fey sejak semalam.
Tubuh Fey menjadi lebih segar setelah mandi dan
makan.
”bagaimana keadaanmu? Lebih membaik?” tanya Nay yang
sedang membereskan buku.
“Nay, aku mau minta maaf,” sambil memeluk Nay. Ia
menangis dipelukannya. “maafin aku...aku lupain kata-kata ibu, aku bodoh.”
“gak Fey aku tahu ini bukan salah kamu kok ini salah
Diki, dia kan yang memaksa kamu,,,”
“nggak...”
“stt.. aku tahu aku tahu dia yang memaksa kamu.”
Kata-kata Fey diputuskan oleh Nay yang memng tahu hal yang sebenarnya juga.
“lebih baik nanti malam kita shalat taubat dah
tahadjud saja.” Ajak Nay.
“ia Fey.”
0 komentar:
Posting Komentar